[Drabble] Crestfallen

CRESTFALLEN

phew

Main Cast: Byun Baekhyun x OC

Duration: 600+ words, drabble

Genre: Slight!Angst

 

Summary:

You will never see me like the way I see you.

Hari ini hujan lagi.

Sambil sesekali menguap, Baekhyun bangkit dari kursi dan menyeret kakinya dengan malas menuju tempat tidur. Baru saja Baekhyun menghempaskan tubuhnya ke kasur, mungkin kurang dari satu menit—tiba-tiba terdengar suara alunan melodi upbeat berisik yang berasal dari ringtone ponselnya. Ia menghela napas panjang sebelum menggeser jari lentiknya itu di atas tombol hijau di layar.

“Halo.”

Suara di seberang tetap diam, enggan untuk sekedar merespon.

Baekhyun menyunggingkan senyum tipis di bibirnya. Kemudian dengan sabar, ia memutuskan untuk menunggu. Diliriknya jam yang tergantung di atas mejanya. Jarum pendek menunjukkan pukul empat, sementara langit masih gelap diiringi suara rintik hujan yang berjatuhan di tanah. Ini sudah pagi, dan tidak ada barang semenitpun Baekhyun memiliki kesempatan memejamkan matanya hanya untuk sekedar beristirahat. Keheningan yang menggantung di udara antara ia dan sang penelepon berlangsung cukup lama, sampai terasa sedikit membosankan.

Tapi tidak masalah, selama apapun itu, Baekhyun akan tetap menunggu.

“Aku—“ Ia akhirnya membuka mulutnya. “Aku tidak—“

“Jangan.” Baekhyun memotong tegas. Perempuan itu begitu rapuh, Baekhyun tahu betul. Ia seperti sedang berada di ujung usahanya untuk bertahan. Mengucapkan satu kata saja bahkan terasa begitu berat saat kau tahu itu adalah hal yang sangat menyakitkan untuk diceritakan. Dan akan hal itu, tentu Baekhyun sangat mengerti.

Calm yourself down, Aeri.” Baekhyun kembali bicara. “Jangan memaksakan dirimu. Jangan diteruskan kalau memang tidak bisa.”

Suara di seberang sana kembali hening. Menyisakan keganjilan kecil yang terasa menyesakkan sampai ke ubun-ubun.

Untuk membunuh waktu, Baekhyun memilih turun dari kasurnya dan pergi ke dapur. Ponselnya masih menempel di antara pundak dan telinganya, sementara kedua tangannya dengan cekatan membuat secangkir kopi. Dengan asap yang mengepul, ia menyesap sedikit demi sedikit air dari cangkirnya.

Kopi ini pahit. Baekhyun tertawa kecil. I guess there’s nothing sweet in my bitter life.

Tak lama kemudian, dari speaker terdengar suara deru napas satu-satu yang temponya semakin lama semakin cepat.

“Hei..hei.” Baekhyun kembali membuka suara. “Jangan menangis—“

Terlambat.

Baekhyun meremas ujung kausnya dengan pelan. Dadanya sakit. Selalu seperti ini—mencintai seseorang yang tidak akan pernah mencintaimu adalah hal yang paling menyakitkan, tentu saja. Tetapi melihat ia menderita karena orang yang ia cintai itu jauh lebih menyakitkan lagi, lebih daripada mengetahui perasaan yang sudah jelas tidak akan pernah terbalas.

Tangisannya begitu keras, menyayat hati. Menusuk relung hatinya yang paling dalam. Baekhyun menangis, namun ia menangis dalam diam.

 

Just be with me, Aeri. Be with me.

Baekhyun merasa dunia ini tidak adil. Ia bahkan tidak pernah meminta sesuatu yang terlalu menyedihkan seperti ini dalam hidupnya.

 

I will always pray for your happiness, Aeri. Only for you.

 

Sejam Aeri terisak tanpa henti, sebelum akhirnya suara tangisannya mulai mereda dan akhirnya hilang dengan sendirinya. Baekhyun sudah berada kembali di kamarnya. Terduduk lemas di kursi sambil menelungkupkan kepalanya di atas meja. Ponsel masih berada di sebelah telinganya, dengan layar menampilkan koneksi telepon yang masih menyambung dari dua jam yang lalu.

Dan kini giliran Baekhyun untuk memejamkan matanya.

Mencintai perempuan ini mungkin lebih dari lima tahun. Masih saja ia bertahan mendengar segala ceritanya dan keluh kesahnya. Selalu berusaha menguatkan diri melihat dia yang dengan bangga mengenalkan pacar-pacarnya yang berganti setiap tiga bulan sekali. Pada akhirnya ia juga hanya bisa tersenyum sedih saat perempuan ini dengan senyum lebar menunjukkan cincin di jari manisnya. Ia ingat sekali saat Aeri mengatakan dengan mata berbinar, “Baekhyun! Ia melamarku! Akhirnya aku akan menikah!”– Dan ia rasa sudah cukup baginya mendoakan kebahagiaan perempuan yang ia cintai itu dalam diam.

Baekhyun bahkan tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat ke arah altar dimana mereka akhirnya meresmikan janji sucinya—ia membiarkan otaknya membuat bayangan semu Aeri dengan gaun pengantin itu berada di sebelahnya sebagai mempelai wanitanya. Sekali-sekali ia perlu sedikit kebohongan untuk menutupi kehidupan cintanya yang (sangat) tragis.

Bodohnya Baekhyun, kali ini ia bersedia kembali menjadi tempat bersandar saat perempuan itu membutuhkannya. Ia hanya—

Hanya tidak bisa melepaskan Aeri.

Let time heal the wounds.

I’m sorry, Baekhyun-a. I’m so sorry-”

Dan line telepon itu terputus.

.

.

.

I loved you first, Aeri. Why you never even see me?”

***

 

And if you call me at 4 am, too sad to even say hello,

I will listen to your silence,

until you fall asleep.

Leave a comment